DEWASA ini ajaran Bung bangkit kembali, bergema, digelorakan sebagai kekuatan memberi dukungan dan semangat perjuangan membela wong cilik, kaum marhaen, rakyat jelata, yang terpinggirkan.
Pancasila yang digali dan ditemukan Bung Karno adalah bentuk sintetik dari ijtihad yang menyerap dan memadukan berbagai arus pemikiran besar dari nasionalisme, sosialisme, kapitalisme, dan paham keagamaan. itu, pernyataan Bung Karno mengganyang Nekolim (neokolonialisme dan imperialisme) kini menemukan bentuknya yang baru menjadi anti-IMF dan menolak ketergantungan modal bantuan luar negeri.
Ironisnya, semangat Bung Karno untuk terus menjebol dan membangun karena katanya belum selesai, dan kini terus bergema gaungnya melalui nyanyian para demonstran yang meneriakkan revolusi sampai mati, menemukan momentumnya untuk menurunkan pemerintahan Megawati yang menyatakan diri sebagai pewaris biologis dan ideologis Bung Karno, tetapi ternyata melakukan kebijakan menaikkan harga BBM, tarif dasar listrik, dan telepon yang jelas-jelas tidak berpihak pada nasib wong cilik yang pernah menjadi obsesi politik bapaknya. Rupanya untuk mewarisi ideologi dan politik Bung Karno, warisan biologis saja tidaklah cukup karena diperlukan kebesaran jiwa dan kecerdasan tinggi seperti dimiliki Bung Karno sendiri.
Berbeda dengan ideologi sosialisme yang saat itu dapat merujuk pada pemerintahan komunisme seperti di Uni Soviet dan Cina, sementara kapitalisme dapat merujuk pada pemerintahan Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis.
Sementara itu, ada kesenjangan besar antara sosial ekonomi dan politik masyarakat dengan lambannya perubahan pada perangkat yang mendasarinya, yaitu perubahan konstitusi, perundang- undangan dan peraturan pemerintah. Revolusi belum selesai Revolusi adalah perubahan radikal dan fundamental dalam tata kehidupan masyarakat secara cepat. Umumnya, revolusi ditandai penggulingan kekuasaan dan sering berdarah-darah akibat konflik kekerasan yang ditimbulkan antara dua kekuatan, yang bertahan dan berusaha menjatuhkan.
Pada sisi yang lain, konstitusi yang berlaku (ius constitutum) tidak mampu memenuhi tuntutan perubahan cepat yang kompleks sehingga penguasa yang muncul cenderung ingin terus berkuasa dan menjadikan konstitusi sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaannya. Revolusi sekan-akan mati suri karena tidak ditopang konstitusi yang memadai guna memenuhi tuntutan perubahan cepat yang kompleks, bahkan menjebaknya dalam budaya dan konflik politik yang hanya berorientasi pada kekuasaan.
Namun, konstitusi saja tidak cukup karena masih diperlukan adanya pemimpin yang merakyat dan berketeladanan untuk membangun sistem kekuasaan dan pemerintahan yang bersih, kuat, dan jelas mekanismenya, terbuka, terkontrol, dan responsif terhadap tuntutan perubahan masyarakat yang kompleks. Selain itu, perlu mengembalikan militer pada fungsi dan wilayah kemiliteran negara yang bersifat profesional dan hanya mengabdi kepada kepentingan negara, bukan kepentingan kekuasaan politik.