Sebelumnya gw terangin dulu tentang artikel ini.
Artikel ini diambil dari suatu milis yang mengkopi-paste dari situs waspada online.
Sekarang link itu sudah mati karena artikel ini diterbitkan pada tahun 2000
Ada yang bisa recover?Dari archiver mungkin
Serta perhatikan kapan email ini ditulis : Sun Sep 17 2000 - 18:13:20 EDT
Tahun 2000,delapan tahun yang lalu
Untuk yang males baca panjang2 akan gw tebelin kalimat yang penting.
Nanti saya rangkum di bawah artikel tersebut
====>>>>
Wiranto Aktif Kucilkan Gus Dur
JAKARTA (Waspada): Perang selebaran gelap sepertinya semakin marak.
Sebut saja misalnya dokumen Bulak Rante yang sempat menghebohkan.
Terakhir, muncul dokumen yang berisikan rencana-rencana aksi kekerasan
yang dilakukan di tanah-air.
Dokumen ini, yang diterima satunet.com dari pihak Front Pembela Islam
(FPI) baru-baru ini, masih belum dapat
dikonfirmasikan/diklarifikasikan kebenarannya. Menurut pihak FPI
mereka menerima dokumen ini dari salah seorang staf Kedutaan Besar
Malaysia yang berniat mengkonfirmasikan kebenaran isinya.
"Mereka menanyakan karena FPI adalah kelompok Islam, dan Malaysia
negara Islam, mengapa mereka juga kena," demikian penuturan salah
seorang anggota FPI dalam acara konferensi pers Jumat (15/9). Sejumlah
kedubes asing di Jakarta dilaporkan menerima dokumen ini antara
terjadinya peledakan bom di Kedubes Filipina dengan penggranatan
Kedubes Malaysia.
Berikut dokumen tersebut yang dikutip utuh tanpa ada perubahan sedikit
pun. Pertemuan Wiranto Dan Kelompoknya Bulan Mei 2000
Sebagai langkah untuk menyusun barisan di militer dan penggembosan
pemerintahan dan pengambilalihan kekuasaan Gus Dur. Pertemuan di Hotel
Mercure, kamar 620 pada pukul 22:30 sampai pukul 02:00 tanggal 10 Mei
2000, Peserta yang hadir, Wiranto, Djaja Suparman, Sjafrie
Sjamsoeddin, Zacky A Makarim, Fuad Bawazier, Hariman Siregar, Muslim
Abdurrahman, Burzah Zarnubi, HABIB RIZIEQ, Egi Sudjana dan beberapa
aktivis ormas kanan lainnya.
Hasil pertemuan : Mendorong aksi-aksi sparatis di berbagai kota di
tanah air, melakukan penetrasi, penunggangan dan provokasi ke dalam
gerakan mahasiswa yang menuntut adili Soeharto di Jalan Cendana agar
menjadi aksi anarkhis dan mengupayakan aksi itu menyebar di seluruh
ibu kota. Memobilisasi gerakan Front Pembela Islam untuk melakukan
sweeping malam dengan target memancing kerusuhan meluas, tugas utama
para perwira tinggi aktif untuk melakukan aneksasi dan pembelahan dan
pendeskriditan terhadap militer profesional dan anti dwifungsi.
Pertemuan di Hotel Borobudur, kamar 202 pukul 20: 00 sampai 23:40
tanggal 11 Mei 2000.
Peserta pertemuan antara lain Djaja Suparman, Zacky A Makarim, Fuad
Bawazier, Ucu Kambing, Egi Sudjana, Habib Ali, Amir Daulay, Beathor
Surjadi dan beberapa aktivis muda lainnya dari kelompok HAMMAS.
Hasil Pertemuan antara lain : Lakukan penetrasi dan provokasi kembali
pada gerakan mahasiswa pada peringatan 12 Mei dan aksi di Jalan
Cendana, sebarkan gosip yang menyebar di beberapa aktivis mahasiswa.
Suplay senjata pada Komando Jihad yang berangkat ke Maluku, lakukan
benturan dan kontak senjata kepada Komando Jihad yang berangkat ke
Maluku, lakukan benturan dan kontak senjata antara pihak sipil, antara
militer dan polisi, adu domba kelompok pemimpin agama di seluruh tanah
air sehingga kondisi tanah air terus mencekam, dukung semua kekuatan
yang berupaya melakukan disintegrasi bangsa dan ciptakan kerusuhan
mulai Irian sampai Aceh.
[Lakukan operasi intelejen untuk mendeskriditkan gerakan mahasiswa
sebagai gerakan komunis. Pertemuan di RS Baruna Central Cikini,
ruangan Hariman Siregar, waktu pukul 18:30 sampai 01:30 tanggal 17 Mei
2000. Peserta pertemuan antara lain, Wiranto, Sjafrie Sjamsoeddin,
Adam Damiri, Achmad Sumargono, Hariman Siregar, Panda Nababan, Beathor
Surjadi, Saan (HMI).
Hasil Pertemuan : Menciptakan ruang konflik di tubuh TNI dan Polri
sehingga saling hantam. Rebut dukungan dewan dan lakukan pembelahan
suara pendukung Gus Dur. Penyebaran dan Pencetakan uang palsu harus
tetap dilaksanakan untuk menambah runyam kondisi ekonomi negara dan
keuntungan untuk mendanai gerakan provokasi.
Pertemuan di Hotel Sangrilla, kamar 612 pukul 23:00-03:00 tanggal 26
Mei 2000.
Peserta yang hadir : Wiranto, S. Bambang Yudoyono, Djaja Suparman,
Zacky A Makarim, Sulaiman (Bais), Hariman, Fuad Bawazier, Egie Sudjana
dan Achmad Sumargono. Hasil pertemuan yang membahas peta politik elit
TNI antara lain : Kelompok pro Wiranto tetap di bawah komando Djaja
Suparman, kelompok Tyasno lebih condong bermain dua kaki, kelompok
Widodo dan kelompok profesional militer/pro Gus Dur.
Kelompok militer pro Gus Dur akan segera digusur akibat memperlambat
gerakan kelompok Djaja dengan issue-issue bermacam, kelompok Djaja
merasa mampu menguasai medan di Jakarta dengan mendapat bantuan
aktivis mahasiswa dan LSM. Membuat setiap aksi demonstrasi menjadi
aksi yang anarkhis sehingga Gus Dur dan aparat keamanan jatuh di mata
rakyat.
Pertemuan di Hotel Sahid, kamar 406, pukul 21:00 sampai pukul 23:30,
tanggal 31 Mei 2000.
Peserta pertemuan : Djaja Suparman, Sjafrie Sjamsoeddin, Adam Damiri,
Priyo Budi Santoso, Reza Pahlevi (FPI), Saan (HMI), Burzah dan aktivis
HMI lain.
Pertemuan yang membahas tentang situasi politik yang mulai memanas
yang ditandai dengan terangkatnya kasus bulog dan skandal Brunai.
Djaja memberikan bantuan kepada Saan dan Reza untuk melakukan
penetrasi ke pers untuk semakin menggencarkan opini sehingga dapat
terjadi bentrok di berbagai kubu pendukung Gus Dur. Menyaipkan teror
dan bom di berbagai kota khususnya di Jakarta. Mendorong kubu-kubu
FPI, Laskar Jihad untuk melakukan tindakan rasia maksiat di ibukota
dan seolah-olah dekat dan mendukung Gus Dur, sehingga pendukung Gus
Dur lengah.
Pertemuan di Hotel Novous, Bogor, kamar 203, pukul 22:00 sampai pukul
24:00 tanggal 5 Juni 2000.
Peserta pertemuan : Wiranto, Zacky A Makarim, Fuad Bawazier, Sulaiman
(Bais), Egi Sudjana, Saan, Fadlizon dan berbagai aktivis kanan. Hasil
pertemuan yang membahas setiap gerakan ke depan antara lain : Gus Dur
harus tetap lebih goyah sehingga lebih gampang mengobok-obok posisi
militer dan kabinet tidak terkoordinasi, pecah kekuatan mahasiswa
garis keras anti Orde Baru (Soeharto, Habibie, Wiranto).
Gencarkan operasi yang bersandi politik no Islam yes, di kalangan
Laskar Jihad, FPI, Ahlusunnah Wal Jamaah, Front Hisbullah dan Gerakan
Pemuda Kabah untuk memerangi kafir-kafir yang berkedok Islam dan
politik kerakyatan itu, tebarkan isu terhadap mereka (mahasiswa dan
parapendukung Gus Dur) bahwa mereka reinkarnasikomunis. Untuk menjaga
gerakan kelompok Islam di Jakarta tetap dengan militansi memerangi
maksiat dan narkoba untuk menutupi operasi politik yang dijalankan.
Tempat Gang Awi Apus No.19 RT.3 Cidaun, Bogor (tempat aktivis Front
Pembela Islam) pukul 19:30 sampai 22:00, 8 Juni 2000.
Peserta pertemuan : Djaja Suparman, Zacky Makarim, Sjafrie
Sjamsoeddin, Sulaiman (Bais), Fuad Bawazier, Achmad Sumargono, Priyo
Budi Santoso, Habib Rizieq, Burzah Zarnubi dan beberapa anggota FPI
lain.
Hasil rapat itu membahas konkretisasi dalam rangka penggulingan Gus
Dur. Memprakondisikan mutasi pimpinan TNI, menyiapkan kader TNI yang
akan ditempatkan. Mempresurre Panglima TNI, melalui bargaining
kelompok Wiranto masih kuat dalam TNI. Jatuhkan Gus Dur dengan
mem-follow up kasus bulog dan Brunaigate tekan dan pengaruhi pendukung
Amien (poros tengah) dan Akbar Tanjung (Golkar) untuk bantu kelompok
Wiranto.
Mainkan isu dan opini di kalangan anggota DPR tentang isu ABG (asal
bukan Gus Dur). Buat jumlah kerusuhan semakin banyak dan melebar di
berbagai daerah. Isu potensi tetap pada isu agama.
Tempat Wisma DPR Puncak Bogor, pukul 21:00 sampai 24:00, tanggal 12
Juni 2000.
Peserta pertemuan, Sjafrie Sjamsoeddin, Adam Damiri, Sulaiman, Burzah
Zarnubi, Egie Sudjana, Achmad Sumargono, Eki Syahruddin. Hasil
Pertemuan : Kelompok Burzah dan Egi sudah mulai main di Jakarta, Jawa
barat, Yogya, Lampung. Kelompok Wiranto sudah selesai
mensosialisasikan ide penggusuran Gus Dur ke kelompok Islam garis
keras (fundamentalis) dengan kompromi bahwa Gus Dur itu dilingkupi
oleh kafir-kafir dan komunis.
Mendukung isu interpelasi yang dilakukan anggota dewan di parlemen.
Mendorong isu interpelasi ini menjadi ajang pembantaian kredibilitas
Gus Dur dan jatuh. Untuk link ke luar negeri digunakan link kelompok
Habibie Centre yang sudah kokoh di Jerman dan kelompok Islam luar
negeri yang menjadi tanggungjawab KISDI.
Tempat Cilangkap, pukul 13:00 sampai 15:30, tanggal 16 Juni 2000.
Peserta yang hadir, Wiranto, Sjafrie Sjamsoeddin, Zacky A. Makarim,
Fuad Bawazier, Eki Sjahruddin, [b]Reza Pahlevi (FPI), Saan (HMI). Hasil
pertemuan yang membahas agenda ke depan antara lain : Menyiapkan tim
untuk melakukan operasi politik dalam rangka memperkuat dukungan
terhadap interpelasi, pengaruh opini lewat pers, pidato politik, dan
ceramah keagamaan. Terus menggandeng Widodo untuk melanggengkan usaha
kelompok Wiranto menganeksasi para Jenderal pro Gus Dur dan menaikkan
orang-orang kelompok Wiranto dalam berbagai posisi di jajaran TNI
terutama angkatan darat. Menyiapkan pelatihan aksi demonstrasi dan
taktik, teknik sabotase di Bogor dan Sukabumi sebagai bagian kesiapan
menopang aksi-aksi anarkhis.
Tempat pertemuan, Gang Awi Apus No.19 RT.3 Cidaun, Bogor (tempat
aktivis Front Pembela Islam) pukul 21:00 sampai 23:30, tanggal 17 Juni
2000.
Peserta yang hadir : Djaja Suparman, Zacky A. Makarim, Adam Damiri,
Fuad Bawazier, Ahmad Sumargono, Sulaiman, Resa Pahlevi dan Saan. Hasil
pertemuan yang mengagendakan program mutasi dan setting gerakan ke
depan antara lain: Hasil pertemuan yang mengagendakan program mutasi
dan setting gerakan kedepan antara lain: Kelompok Wiranto berupaya
menekan Tyasno agar digusur dari Kasad dan Djaja naik jadi Kasad.
Ahmad Sumargono melakukan lobbie ke luar negeri untuk mempengaruhi
para petinggi negara Islam terutama negara Islam garis keras (Libya)
agar mendukung penggusuran Gus Dur dengan alasan bahwa Gus Dur di
dukung oleh komunis-komunis dari China dan Rusia. Agar negara Islam
itu mengirimkan agen-agen teroris ke Indonesia untuk melakukan
pembuatan master plan kerusuhan.
Zacky Makarim secara khusus mendapatkan tugas untuk menyiapkan operasi
intelejen sabotase berbagai hal-hal pokok yang dibutuhkan masyarakat,
BBM, beras dan listrik padam.
Tempat di jl. Guntur, tempat kost Saan, pukul 20:30 sampai 24:00
tanggal 5 Juli 2000 Yang hadir: Burzah Zarnubi, Egi Sudjana, Beathor
Surjadi, Saan, dan Resa Pahlevi. Agenda pertemuan dan hasil: Mendorong
aksi-aksi mahasiswa mulai kencang dan isu taktis bubarkan Golkar.
Melakukan intens pelatihan aksi dan sabotase setiap minggu berikut
evaluasi hasil pelatihan. Menyiapkan bom molotop sebanyak-banyaknya.
Menggiring setiap aksi mahasiswa tetap keras dan anarkhis sehingga
timbul banyak korban dan menyebar di seluruh Jakarta, ini akan makin
membuat terpuruknya TNI dan Polri terutama kelompok Widodo.
Tepat, Pondok Cibogo, Bogor, pukul 20:30 sampai 24:000 tanggal 18 Juli
2000 Peserta yang hadir: Wiranto, Djaja Suparman, Sjafrie Sjamsoeddin,
Zacky A. Makarim, Adam Damiri, Hari Sabarno, Tayo Tarmadi, Sulaiman,
Fuad Bawazier, Eki Syahruddin, Priyo Budi santoso, Burzah Zarnubi, Egi
Sudjana dan Saan.
Hasil pertemuan yang dibahas yakni poin-poin untuk memperkuat dukungan
semua pihak di anggota dewan melalui kerjasama fraksi partai Golkar,
fraksi TNI/Polri dan fraksi reformasi dan kelompok kanan lain (lewat
Amin Rais). Mendorong massa kelompok kanan untuk bergerak pada saat
interpelasi terhadap Gus Dur agar Gus Dur marah dan hilang
legitimasinya dimata rakyat.Setting kelompok kanan adalah hantam
mahasiswa dan Gus Dur.
Pertemuan di Hotel Cipayung, Bogor, pukul 19:00 sampai 24:00, tanggal
24 Juli 2000 Peserta pertemuan, Wiranto, Djaja Suparman, Hari Sabarno,
Safrie Sjamsoeddin, Priyo Budi Santoso, Panda Nababan, Burzah Zarnubi
dan Egi Sudjana.
Hasil pertemuan : Kelompok kanan tetap membuat teror bom, memprovokasi
aksi-aksi 27 Juli oleh massa PDI Perjuangan sehingga menjadi momentum
warning up aksi-aksi massa menuju agenda Sidang Umum tahun 2000
menjadi lebih besar.
Tekan Amien Rais dan Akbar Tanjung melalui bargaining kelompok Wiranto
dan Habibie serta sisa pendukung Soeharto untuk berbuat lebih keras
apabila Sidang Umum nanti tidak diarahkan menjadi ajang Sidang
Istimewa menggusur Gus Dur.
Menyiapkan barisan pendukung dari daerah terutama massa dari pinggir
Jakarta untuk mengepung Jakarta (menggunakan massa FPI, Front
Hisbullah dan para Laskar Jihad yang kembali dari Maluku).
Isu yang dibangun pada SU tahun nanti bahwa Gus Dur akan tetap
mencabut Tap MPRS tahun 66 tentang pelarangan PKI, jadi Gus Dur
sekarang berada dalam genggaman komunis yang ingin menanamkan kembali
paham itu.
Provokasi kantong-kantong massa kelompok kanan di wilayah Jakarta,
Tanggerang, bekasi, Bogor dan Kerawang agar tergiring ke Jakarta.
Tugas untuk melakukan penetrasi dan aneksasi ada pihak keamanan pro
pemerintah Gus Dur menjadi tugas kelompok Wiranto, melalui operatot
Djaja Suparman, Safrie Sjamsoeddin dan Zacky Makarim. Rekruitmen
sniper dan pembuat bom telah dilakukan berjumlah 500 orang personel,
pasukan Pam SU 4000 orang yang di bawah komando. Pasukan sniper telah
melakukan latihan di berbagai tempat di luar daerah. Tasik dan
Sukabumi menggunakan standar militer dan Polri.
Pertemuan di Cilangkap, pukul 16:00 sampai 19:00, tanggal 29 Juli 2000
Peserta pertemuan : Djaja Suparman, Sjafrie Sjamsoeddin, Hari Sabarno,
Fuad Bawazier, Eki Syahruddin, Habib Rizieq, Hariman Siregar, Egi
Sudjana, Beathor Surjadi dan Saan.
Pada pertemuan itu dibahas program ke depan dan evaluasi antara lain :
Anggota Dewan dikondisi untuk mempertajam hak dewan untuk hak angket,
sehingga dapat terbangun komitmen berkiutnya pada saat SU tahunan
yakni SI untuk menggusur Gus Dur.
Konsolidasi kesepakatan antar fraksi TNI/Polri, Golkar, PDI-P, Poros
Tengah. Kelompok Wiranto dan Habibie akan memberikan informasi yang
salah kepada Gus Dur sehingga Gus Dur dapat salah langkah, misalnya
soal keamanan, intelejen dan stabilitas politik.
Membuat opini untuk menghantam kelompok kanan yang seolah-olah
dilakukan oleh Gus Dur. Titik-titik gerakan dan eskalasi massa:
Blok-M, HI, LBH, Cendana, Matraman, Manggarai, Senen, Tanjung Priok,
Kota, DPR-MPR, Monas (istana), Senayan dan BI.
Peletakan Bom waktu sasaran, HI, BEJ, Istighlal, Blok-M, Kejaksaan,
Gereja Katedral, Bina Graha, Stasiun Gambir, Atmajaya, Trisakti,
Sarinah, Kedubes AS, Kedubes Australia, Kedubes Malaysia dan
gedung-gedung di sekitar Monas, standar bom milik AD.
Sejumlah 2000 provokator disiapkan bom molotov untuk membakar
gedung-gedung disekitar Jakarta. Daerah yang disiapkan untuk meletus
kerusuhan, Ujung Pandang, Purwokerto, Pekalongan, Ciajur, Surabaya,
Ambon, Tasikmalaya, Garut, Medan, Palembang, Lampung, Yogyakarta,
Bali, Bandung dan Semarang.[snc]